Perilaku dalam
bekerja keras dan cerdas, memimpin karyawan dengan persuasif, dan membangun
hubungan vertikal dan horizontal yang harmonis merupakan contoh-contoh perilaku
sifat terpuji dari seseorang. Karena berperilaku menakjubkan dari sekelompok
karyawan dan pimpinannya maka kinerja perusahaan akan meningkat. Dari mana
referensi keteladanan itu bisa dipelajari dan ditiru? Biasanya keteladanan itu
datangnya dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik dalam berbagai segi
maka para karyawan cenderung akan menirunya. Bahkan tanpa diperintah sekalipun.
Hal ini lumrah terjadi dalam suatu organisasi termasuk perusahaan. Apakah kalau
begitu sumber referensi keteladanan hanya dari pemimpin atau pimpinan unit?
Memang referensi dari pimpinan merupakan sumber utama. Namun demikian tidak
cukup. Ada sisi lain yang perlu dipenuhi yakni dari rekan sekerja. Para
karyawan akan semakin terpacu untuk meningkatkan mutunya manakala melihat
kemajuan rekan-rekan sekerjanya. Misalnya dalam hal kompetensi karyawan. Syarat
untuk itu hanya dapat dipenuhi lewat proses pembelajaran seperti
pendidikan-pelatihan dan magang. Karena itu karyawan yang belum banyak
mengikuti pendidikan dan pelatihan akan terdorong oleh keberhasilan rekan kerjanya.
Keberhasilan itu merupakan fungsi dari kinerja pendidikan dan pelatihan dan
produktifitas kerjanya.
Keberhasilan seorang karyawan disamping ditunjukan oleh produktifitas kerjanya
juga oleh kinerja dalam bentuk perkembangan karirnya. Karir merupakan salah
satu impian dari setiap karyawan. Mereka yang tergolong karirnya bagus sering
menjadi rujukan karyawan lain yang belum berhasil. Mereka terdorong dan
berkeinginan mencapai karir tersebut. Walaupun diketahui bahwa semakin tinggi
posisi yang diraih semakin ketat persaingan karir yang dijalaninya. Dengan
asumsi kondisi pengembangan karir berjalan normal maka faktor karir sangat
menentukan spirit karyawan untuk meraihnya. Setiap karyawan terdorong untuk
bekerja keras dan cerdas.
Uraian di atas menunjukkan bahwa referensi keteladanan di tingkat pimpinan
(vertikal) dan di tingkat rekan sekerja (horizontal) cenderung memiliki sisi
yang berbeda. Kalau pimpinan dijadikan rujukan maka disitu terdapat proses
berbagi nilai (shared values). Sistem nilai kepemimpinan dalam bekerja keras
dan cerdas dari pimpinan cenderung mengalir ke kalangan karyawan. Lalu
diperhatikan, dipahami, dan ditiru oleh karyawan dalam bentuk nyata. Sampai
suatu ketika sistem nilai yang berbagi itu menjadi perilaku budaya kerja.
Sementara rujukan horizontal cenderung menunjukkan terjadinya berbagi motivasi
dan spirit untuk maju di antara sesama karyawan. Dalam prakteknya kalau sistem
rujukan vertikal dan horizontal berlangsung sinergis maka akan menjadi fondasi
budaya kerja yang semakin kokoh.
Apakah kita
semua yang didaulat menjadi pemimpin sekecil apapun kedudukannya...apakah
teladan tersebut sudah dilaksanakan ...?? atau hanya kita bicara doang.....
Apakah dalam
berbagai kesempatan dalam melaksanakan tugas kita sudah melibatkan orang-orang
yang ada disekitar kita ?........hanya kita sendiri yang bisa mnjawab karena orang
lain hanya merasakan tapi kita tahu persis.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar