”Secara historis media mengumpulkan banyak informasi dan
menyajikannya kepada khalayak. (dan kini) ada hasrat yang tumbuh dari
masyarakat untuk melakukan sendiri hal itu.” (Macon Phillip, Direktur
”Media Baru” Pemerintahan Obama, ”New York Times”)
Sebelum ini dari Tanah Air
kita sudah cukup banyak mendengar pemanfaatan teknologi informasi (dan
komunikasi, atau TIK) untuk penyelenggaraan pemerintahan. Istilah umum untuk
ini adalah e-gov (electronic-government). Sejumlah pemerintah daerah,
pemerintah kabupaten atau pemerintah kota, diasosiasikan dengan penerapan e-gov
yang berhasil dan produktif.
Seperti pernah disampaikan
oleh Budi Rahardjo (yang tahun 2001 bekerja di PPAU Mikroelektronika ITB) dalam
situsnya, Bank Dunia mendefinisikan e-gov sebagai penggunaan TI (seperti wide
area network, internet, dan komputasi bergerak) oleh badan-badan pemerintah
yang punya kemampuan untuk mentransformasi hubungan dengan anggota masyarakat,
kalangan bisnis, dan lengan-lengan pemerintah lainnya.
Ada pula definisi lain dari
Legislative Analyst’s Office AS yang menyebut e-gov sebagai proses transaksi
bisnis antara masyarakat dan pemerintah melalui penggunaan sistem otomatik dan
jaringan internet, yang lebih umum disebut sebagai world wide web.
Dalam perkembangannya, lanjut
Budi, pemanfaatan TI ini lalu menghasilkan hubungan bentuk baru, seperti G2C
(government to citizen), G2B (government to business enterprises), dan G2G
(inter-agency relationship/hubungan antar badan pemerintah).
Sementara penerapan e-gov
masih terkendala sejumlah faktor, TIK sendiri justru semakin banyak
dimanfaatkan untuk komunikasi. Masih segar dalam ingatan bagaimana kalangan
masyarakat sempat terkejut ketika menerima SMS peringatan bahaya narkoba dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini, ketika Presiden Barack
Obama mulai memimpin pemerintahan Amerika, orang pun tergelitik untuk menyimak,
bagaimana ia memanfaatkan TIK untuk penyelenggaraan pemerintahan. Sekilas
mengenai hal ini terkuak dari laporan Jim Rutenberg dan Adam Nagourney di New
York Times.
Kita tahu bahwa selama masa
kampanye lalu, Barack Obama intensif—dan ekstensif—sekali memanfaatkan TIK.
Para pendukungnya giat menggunakan internet dan produk TIK lainnya—SMS,
Facebook, YouTube—untuk penggalangan rapat, pengumpulan dana, penyebaran
pamflet, dan sebagainya.
Kini, setelah Obama terpilih,
sebagian dari para pendukung tersebut menyatakan akan istirahat dulu setelah
habis-habisan bekerja. Namun, para pembantu Obama sendiri tampaknya tidak ingin
kehilangan momentum dalam penggunaan TIK ini. Mereka menginginkan organisasi
akar rumput yang pada masa kampanye sangat berjasa dengan menggunakan teknologi
mutakhir ini bisa terus menjadi instrumen pemerintah. Obama sendiri, yang
memulai karier politik sebagai penggiat komunitas, juga melihat hal itu sebagai
prioritas.
Kini, para pembantu, termasuk
manajer kampanye, telah membentuk kelompok yang dinamai Organizing for America
guna mengarahkan kembali mesin kampanye untuk penanganan perubahan besar di
bidang kesehatan, lingkungan, dan kebijakan fiskal. Dengan itu, yang akan
terlihat adalah banyak kelompok yang akan berbicara serta mengirim e-mail dan
SMS kepada teman dan tetangga untuk menggalang dukungan publik.
Melewati
media utama
Dengan cara di atas,
Obama—seperti halnya pendahulunya, George W Bush—cenderung melewati media utama
(mainstream) dan menyampaikan langsung pesan yang ingin ia sampaikan kepada
publik. Menurut salah seorang pembantu Obama, kini ada minat di kalangan
masyarakat untuk mendapatkan sendiri berita baru.
Salah satu contoh penting dari
langkah ini adalah pidato mingguan Presiden. Pada masa lalu, pidato direkam
untuk dan disiarkan di stasiun-stasiun radio pada Sabtu pagi. Kini, Presiden
Obama merekam pidato tersebut untuk video dan pada Sabtu pagi ia kirim ke situs
Gedung Putih dan YouTube. Di dalamnya tampak ia menjelaskan apa yang ingin
dicapai dengan stimulus ekonomi senilai 825 miliar dollar AS. Pada Sabtu
petang, video pidato tersebut telah ditonton lebih dari 600.000 kali di
YouTube.
Memang ada sejumlah pembatasan
dalam penggunaan TIK ini, tetapi itu terlebih dari sisi legal, bukan dari sisi
teknologi. Sempat muncul kekhawatiran bahwa TIK yang digunakan ini juga
dimanfaatkan melobi atau menekan anggota Kongres guna memuluskan satu
kebijakan. Namun, sejauh ini isi video yang direkam oleh Presiden Obama hanya
berisi penyampaian pokok pikiran pemerintah menyangkut stimulus ekonomi.
Persyaratan
Seperti diperlihatkan oleh
Presiden Obama dan pemerintahannya, TIK bisa banyak membantu. Namun, agar
pelaksanaannya sukses, sejumlah persyaratan harus dipenuhi.
Pertama tentu tersedianya tenaga TIK yang mengerti persoalan dan
punya antusiasme terhadap masalah politik, pemerintahan, dan komitmen terhadap
perbaikan. Di AS, begitu Obama dilantik, situs web Gedung Putih segera didesain
ulang. Staf yang menangani situs ini rajin memutakhirkan isinya dengan perintah
Presiden, juga menulis blog untuk menjelaskan kebijakan pemerintah.
Kedua adalah tersedianya infrastruktur yang andal dan memadai.
Namun, yang dianggap paling mendasar adalah kultur. Pertama, kultur dalam menangani informasi. Kedua, kultur bekerja dengan teknologi yang membawa risiko keamanan
informasi. Tapi, selebihnya adalah keterbukaan dan komitmen untuk bersikap
terbuka, efisien.
Kini, teknologi memungkinkan
pemerintahan berfungsi secara lebih lancar, hemat, cepat, dan efektif. Namun,
sekali lagi, semuanya kembali pada faktor manusianya. Namun, setidaknya apa
yang diperlihatkan oleh pemerintahan baru Obama menambah keyakinan kita bahwa
TIK bisa banyak membantu.
Bagaimana dengan Pemerintah
Indonesia, mulai dari tingkat Nasional hingga pemerintahan Daerah.....???? Bisakah Lembaga Pemerintahankan kita menerapkan sistem ini...silakan beri komentar anda....
Munculnya Speedy di Manggarai Barat memungkinkan e-gov tercapai di daerah ini, Namun demikian, E-Government belum menunjukkan manfaat yang signifikan bagi efektifitas dan efisiensi jalannya pemerintahan dan pelayanan umum yang terbaik. realita yang terjadi adalah banyak SKPD yang tidak memaksimalkan hadirya layanan ini. yang lebih memperihatinkan adalah kita mengeluhkan rendahnya koordinasi antar SKPD, pada era Komputerisasi. kalau saja setiap SKPD melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan bagian aset dengan meluncurkan layanan Publik www.asetmanggaraibarat.co.cc maka dengan sendirinya keluhan klasik koordinasi antar SKPD terjawab. 27 Juni 2005 Bambang Dwi Anggono, biasa di panggil Ibenk, membentuk mailing list egov-indonesia@yahoogroups.com tempat berdiskusinya para aktifis e-government Indonesia, pada pertengahan 2006 telah melibatkan hampir 400 aktifis di dalamnya. Mailing list egov-indonesia merupakan mailing list paling aktif diantara berbagai tempat diskusdi egov dan berusaha menjebatani keterbatasan kemampuan daerah & pusat melalui kebersamaan dan saling mendukung dengan mengesampingkan ego sektoral. Sinergi antara Akademisi, Bisnis dan Government diyakini akan mampu membawa E-Government ke arah yang lebih baik.
BalasHapusMugkinkah Manggarai Barat melakukan hal yang sama, dimana para petingginya berdiskusi memikirkan daerah ini dengan rakyat sebagai jurinya?
Sangatlah bisa kenapa tidak yang penting semua mau berbenah dan membenahi diri utk menuju Pemerintahan yg Multimedia dibawah naungan regulasi....jangan disalah tafsir dan mengartikan
BalasHapus