Suatu Refleksi Dalam melaksanakan tugas
Menjadi pegawai negeri
sipil (PNS) merupakan pilihan dan panggilan hidup seseorang. Setiap profesi atau
pekerjaan memiliki “roh”nya masing-masing yang menyebabkan profesi itu dihargai
dan bermanfaat bagi masyarakat. Rohnya PNS adalah sebagai Abdi
Negara yang berarti juga sebagai pelayan masyarakat, walaupun pada umumnya
motivasi seseorang menjadi PNS karena berpenghasilan tetap dan ada jaminan hari
tua (mendapat pensiun).
Roh melayani masyarakat
tidak boleh luntur atau hilang karena masalah karier atau penggajian PNS yang
belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan hidup, karena kemampuan pemerintah
yang masih terbatas. Beberapa indikasi yang menunjukkan berkurangnya roh
pelayanan ditandai dengan kasus-kasus indisipliner pegawai, disiplin yang
merosot, penyalahgunaan waktu kerja, pelayanan publik yang kurang
memuaskan, inefisiensi penggunaan keuangan negara sampai tindak korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan dan sebagainya. Sebagian PNS bahkan harus berurusan
dengan aparat penegak hukum. Era Reformasi harusnya dibarengi dengan reformasi
mental di kalangan Abdi Negara.
Di sisi lain, ada
faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup manusia masa kini antara lain
berkembangnya faham materialisme
yang mengutamakan kebendaan, hedonisme
atau hidup untuk bersenang-senang, dan konsumerisme
yang selalu ingin memuaskan naluri konsumtif. Konsumerisme sudah begitu merasuk
kehidupan, sehingga orang merasa tak terpuaskan jika belum mengikuti arus
iklan, memenuhi diri dengan tawaran produksi dan memuaskan naluri konsumtifnya.
Dimensi ‘having’ lebih
berperan daripada dimensi ‘being’. Orang
cenderung berlomba-lomba ‘memiliki lebih’ (materi/uang) ketimbang menjadi
‘pribadi lebih’ atau ‘lebih bermartabat’. Akibatnya, dalam bekerja orang
cenderung mengabaikan semangat pelayanan. Abbot Lawrence Lowell, Presiden
Harvard University (1930), mengatakan hal yang menarik tentang hubungan antara
pekerjaan, uang dan pelayanan, sebagai berikut : “Siapa
pun yang memandang pekerjaannya sebagai cara untuk menciptakan uang,
sesungguhnya ia mendegradasikan pekerjaannya sendiri. Tetapi seseorang yang
melihat pekerjaannya sebagai pelayanan kepada umat
manusia,
sesungguhnya ia memuliakan pekerjaan dan dirinya sendiri”.
Sikap bekerja dengan
semangat melayani merupakan salah satu upaya reformasi mental di kalangan
aparat pemerintahan untuk memperbaiki citra PNS sebagai prasyarat menciptakan
kepemerintahan yang baik ( good governance).
Hakikat Pelayanan Sejati
Ciri utama bekerja
dengan roh melayani adalah kecenderungan untuk selalu meletakkan kebutuhan,
kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dilayani di atas kepentingan dirinya.
Orientasinya adalah untuk melayani,
cara pandangnya holistik, dan
beroperasi dengan standar
moral-spiritual. Hakikat pelayanan sejati tidak hanya ditujukan
untuk kepentingan organisasi tetapi lebih dari itu untuk kemuliaan Tuhan Sang
Pencipta. Kualitas pelayanan sejati terletak pada pelayanan terhadap golongan
masyarakat paling bawah. Pelayanan lebih diutamakan kepada masyarakat kurang
mampu yang sangat membutuhkan jasa pelayanan.
Akhir-akhir ini
persaingan dalam dunia usaha telah mendorong perusahaan-perusahaan berlomba-lomba
meningkatkan pelayanan untuk menarik pelanggan atau konsumen. Beberapa
perusahaan swasta mulai menerapkan standar pelayanan tertentu untuk
meningkatkan kinerja lembaga dan perusahaan. Tidak hanya pada kualitas
pelaksanaan jasa pelayanan kepada pelanggan tetapi juga menentukan waktu yang
lebih singkat untuk suatu jasa pelayanan. Misalnya, beberapa rumah sakit
berstandar internasional telah menetapkan waktu maksimal untuk suatu jenis
pelayanan dan bila melebihi waktu tersebut maka pasien/penderita dapat
menyampaikan laporan pengaduan. Sebaliknya, pelayanan yang buruk seringkali
menghambat pembangunan dan kemajuan daerah. Pelayanan yang buruk antara lain
terlihat pada urusan birokrasi yang berbelit-belit, tidak ada kepastian waktu,
serta pelayanan yang berorientasi mendapat imbalan tertentu. Pelayanan yang
seharusnya bertujuan memudahkan urusan, telah diubah menjadi: “Kalau urusan
bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah”? Semboyan : “Kami ada untuk melayani
Anda” di kantor-kantor cenderung masih bersifat slogan dan belum sepenuhnya
diterapkan.
Menjadi PNS
adalah menjadi Abdi Negara. Abdi artinya hamba atau pelayan.
Pegawai negeri pada dasarnya mempunyai kewajiban melayani masyarakat. Ia
mendapat gaji/penghasilan yang berasal dari uang rakyat (hasil pembayaran Pajak
dari Masyarakat yang diakumulasi dalam perhitungan DAU dan dana lainnya yang
diterjemahkan dalam APBN/APBD). Apabila seorang pegawai bekerja semata-mata
hanya untuk mencari penghasilan dan mengabaikan pelayanan kepada masyarakat,
sebenarnya ia sudah kehilangan “roh” sebagai Abdi Negara. Bekerja
dengan melayani masyarakat adalah “roh”nya seorang Abdi Negara.
Menjadi Lebih
Bermartabat
Sikap mental
yang harus dimiliki sebagai seorang Abdi Negara adalah menjunjung tinggi
martabat diri dengan bekerja untuk melayani masyarakat. Martabat atau harga
diri seseorang tergantung dari apa yang diperbuat untuk orang lain, bukan
karena apa yang dimilikinya. Dimensi “being” atau menjadi lebih bermartabat
lebih utama daripada dimensi “having” atau apa yang dimiliki. Sikap mental
untuk selalu memelihara martabat diri harus dilandasi keimanan dan moralitas
yang luhur. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa dengan melayani sesama
menjadikan seseorang lebih bermartabat di hadapan sesama dan Tuhan. Lebih baik
melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil yang bisa meningkatkan martabat diri Anda
daripada berusaha memiliki banyak materi dengan cara-cara yang merendahkan
martabat diri. Tidak sedikit Abdi Negara yang mengakhiri masa tugas dengan
kehilangan martabat diri karena kasus-kasus hukum. Semua yang dimilikinya tidak
berarti dibandingkan dengan penderitaan karena kehilangan harga diri.
Sebaliknya, tidak sedikit Abdi Negara yang dapat mengakhiri masa tugas dengan
baik karena mengabdi tanpa cela, walaupun mereka tidak memiliki banyak harta.
Kebaikan, keutamaan dan pelayanan yang ditanam pada masa pengabdian Anda, akan
menuai kebahagiaan pada masa purnatugas. Sebaliknya bila menanam keburukan
selama bertugas, akan menuai akibat buruk pada masa purnatugas.
Talenta Untuk Melayani Sesama
Negarawan terkemuka Sir
Winston Churchill pernah berkata tentang talenta : “The empires of the future will be the
empires of mind. The battles of the future will be the battles for talents. Sekarang umat manusia dapat merasakan kebenaran
ucapan Churchill di atas. Bangsa-bangsa di dunia sedang melakukan pertarungan
talenta melalui pendidikan, peningkatan kesehatan melalui peningkatan gizi
untuk membangun SDM berkualitas yang mampu berkompetisi dalam semua bidang
kehidupan. Kualitas SDM dengan talenta lebih penting daripada memiliki SDA, dan
bangsa-bangsa yang maju umumnya memiliki kualitas SDM lebih baik. Setiap
manusia diberi talenta (bakat) oleh Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Ciri-ciri
dari talenta tersebut adalah (1) diberikan sesuai kemampuan seseorang, ada yang
besar, sedang dan kecil, (2) talenta itu harus dikembangkan menjadi lebih besar
dan digunakan untuk melayani sesama, (3) talenta itu harus
dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, kelak pada waktunya. Talenta apa pun yang
Tuhan berikan kepada Anda harus dikembangkan untuk melayani orang lain atau
masyarakat yang membutuhkan. Talenta yang dikembangkan akan menjadi lebih besar
dan memberi manfaat bagi orang banyak, sebaliknya talenta yang tidak dipakai
tidak ada manfaatnya bagi diri sendiri dan orang lain. Ada orang-orang yang
diberi talenta untuk menjadi pemimpin, menjadi pengajar, peneliti, keahlian
atau keterampilan bidang teknis tertentu, kesenian, dan sebagainya. Semua
talenta itu harus dikembangkan dan dipergunakan untuk melayani masyarakat yang
membutuhkan. Makin besar talenta itu dibagikan untuk melayani orang lain, makin
besar karunia yang Tuhan berikan melalui cara-Nya sendiri.
Kepemimpinan yang Melayani
(Servant Leadership)
Mereka yang diberi
talenta untuk menjadi pemimpin harus menyadari bahwa ia adalah hamba Tuhan dan
pelayan bagi rakyat yang dimpimpinnya. Orientasi pemimpin-pelayan (Servant leader) adalah melayani dan
bekerja dengan standar moral-spiritual. Ia lebih mengutamakan terciptanya followership (kepengikutan) daripada mengejar
kekuasaan. Profesor Robert E Kelley, pelopor pengajar Follwership and Leadership mengatakan
bahwa keberhasilan organisasi 80 persen ditentukan oleh para pengikut (followers), selebihnya 20 persen
merupakan kontribusi pemimpin (leader).
Pengikut yang bekerja dengan semangat dan memiliki komitmen penuh akan
menentukan keberhasilan tugas seorang pemimpin. Beberapa sifat utama
pemimpin-pelayan antara lain adalah : mendorong pengikutnya untuk mengembangkan potensi
diri, selalu memelihara kontak dengan Tuhan, setia pada misi, memiliki sauh
batiniah, tahu bersyukur, membentuk dan bekerja dengan tim, melatih dan
mendidik pengganti, memberdayakan kaum perempuan, memberi tanggungjawab,
memberi teladan, melayani sesama dalam bekerja untuk kemuliaan nama Tuhan.
Menjadi Manusia Kaya Arti
Konsep manusia kaya arti pada prinsipnya
lebih menekankan pada kontribusi (sumbangan) seseorang kepada orang lain,
lingkungan dan organisasi. Konsep ini mengandung arti lebih banyak memberi
daripada meminta atau menerima. Sebaliknya manusia miskin arti tidak memberi kontribusi bagi
orang lain, lingkungan atau organisasi. Kehadiran manusia miskin arti hanya
sekedar melengkapi jumlah dan kurang memiliki makna bagi organisasi. Manusia berlawanan arti tidak hanya
miskin arti, tetapi juga menjadi beban bagi orang lain dan organisasi. Mereka
sering melanggar norma-norma dan aturan dalam organisasi, lebih banyak menuntut
hak daripada kewajiban. Dalam lingkungan kerja sehari-hari, kita bisa
menyaksikan ada orang-orang yang sibuk bekerja, tetapi sebagian orang tidak
berbuat apa-apa dan sebagian orang mangkir atau mengerjakan hal-hal di luar
tugas pokok dan pekerjaannya.
Menurut Harian
Spokesmen Review, ada 7 sikap karyawan yang tidak disukai pimpinan, yaitu: (1)
Not My Job (NMJ), tipe karyawan macam ini selalu pintar menghindari tugas
dengan alasan bukan tugasnya. (2) Need More Money (NMM), selalu menganggap
gajinya belum setimpal dengan pekerjaannya, dan tidak mau mengakui
kesejahteraan yang sudah diusahakan pimpinan/organisasi. (3) Wastes Company
Time (WCT), membuang jam kerja dengan aktivitas yang merugikan organisasi,
belanja di Mall atau urusan pribadi saat jam kerja, pergi tanpa ijin dll. (4)
Needs More Help (NMH), merasa pekerjaannya “overload”, meski sudah dibantu
pegawai lain tetap saja tugasnya tidak pernah beres. (5) Always Complaining and
Disagreeble (ACD), selalu mengeluh dan bersikap tidak menyenangkan, baginya
setiap hari adalah penderitaan dan pekerjaan adalah siksaan. (6) Clock
Watcher’s Syndrome (CWS), selalu rajin menengok jam khususnya mendekati akhir
jam bekerja, setelah makan siang tidak banyak yang dikerjakannya kecuali
menunggu saatnya pulang. (7) The Trouble Maker (TTM), pembuat onar, suka
menghambat dan menunda pekerjaan dengan alasan lupa, mengulur-ulur waktu, benalu
dalam tim dan keberadaannya menjadi beban yang membuat laju kinerja tim
terseok-seok.
Dalam ilustrasi
sekelompok orang yang sedang memikul beban, orang kaya arti benar-benar memikul
beban di atas pundaknya (“berkeringat”). Orang miskin arti tidak memikul
beban tetapi berada dalam kelompok pemikul, dan orang berlawanan arti
bergelantungan pada beban yang dipikul oleh orang lain. Maka dapat dimengerti
betapa beban tugas organisasi/negara menjadi semakin berat karena hanya
sebagian anggota menjalankan tugas dengan baik, selebihnya tidak berbuat
apa-apa bahkan sebagian hanya menjadi beban organisasi. Alangkah baiknya bila
semakin banyak orang menjadi kaya arti karena beban tugas organisasi akan
menjadi lebih ringan. Pemerintah Daerah akan lebih berhasil menjalankan program-program
pembangunannya apabila banyak memiliki PNS menjadi manusia-manusia kaya arti.
Berpikir Positif
Setiap orang pasti
ingin berhasil dalam pekerjaannya dan mencapai tujuan dalam hidupnya.
Kebanyakan orang yang berhasil adalah orang-orang yang berpikir positif.
Berpikir positif adalah kunci untuk meraih sukses. Pikiran adalah asal-usul
atau “nenek moyang” nya perbuatan. Dengan berpikir positif maka banyak masalah
bisa dipecahkan, karena orang yang berpikir positif selalu berusaha mengatasi
masalah dan berbuat konstruktif. Sebaliknya orang yang berpikir negatif
berusaha menghindari beban kerja, membuat masalah baru dan cenderung
destruktif. Berpikir positif jalan menuju sukses, berpikir negatif jalan menuju
kegagalan.
Tahu Bersyukur/Berterima Kasih
Sikap tahu berterima
kasih adalah sikap yang harus dimiliki Abdi Negara karena sikap tahu berterima
kasih adalah bagian dari mentalitas Abdi Negara. Ungkapan terima kasih bisa
dilakukan dengan ucapan dan melalui perbuatan dengan bekerja lebih baik. Orang
yang tahu berterima kasih akan berusaha melakukan tugasnya dengan lebih baik
dari waktu ke waktu karena ia meyakini bahwa dengan itu ia memuliakan dirinya,
organisasi dan Tuhan. Sebaliknya orang-orang yang tidak tahu bersyukur /
berterima kasih selalu merasa tidak puas dan lebih banyak menuntut hak daripada
melakukan kewajibannya.
Menjadi Teladan
Sikap keteladanan harus
dimiliki seorang Abdi Negara karena ia adalah “pemimpin” bagi keluarga,
lingkungan masyarakat dan orang-orang dalam tanggungjawab pekerjaannya.
Pemimpin di daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan di bawahnya ada
pemimpin-pemimpin SKPD, unit kerja, kecamatan, desa sampai RT/RW. Menjadi
teladan sangat penting bagi seorang pemimpin agar ia bisa memiliki pengaruh
pada para pemimpin bawahannya. Hakikat memimpin adalah cara, seni (art) untuk
mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk melaksanakan apa yang
dikehendakinya. Untuk menjadi teladan maka ia harus meneladankan perilaku yang baik
kepada sekitarnya, menganjurkan
kebaikan itu, dan setelah itu baru bisa mengharuskan
orang lain untuk melakukan misi yang diinginkan.
Disiplin
Disiplin adalah faktor
penunjang dalam keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi.
Sulit untuk membayangkan suatu lembaga dengan kewenangan mengelola
anggaran/dana, atau memiliki peralatan senjata untuk perang, atau kewenangan
memutuskan kebijakan penting tetapi tanpa didukung oleh displin aparatnya.
Penyalahgunaan kekuasaan selalu diawali dengan merosotnya disiplin dan
peraturan dengan mudahnya dilanggar, atau dicari celah-celahnya untuk
dilanggar. Disiplin adalah nafasnya suatu organisasi. Tanpa disiplin maka
anggota dalam organisasi hanya kumpulan orang-orang yang hanya mencari
keuntungan pribadi dan organisasi itu hanya menunggu waktunya untuk runtuh.
Disiplin dapat berupa
disiplin bekerja, disiplin mematuhi aturan/hukum, disiplin menggunakan waktu,
disiplin anggaran, disiplin menggunakan fasilitas negara, dan disiplin dalam
perencanaan serta pelaksanaan program kerja. Disiplin harus ditanamkan sejak
usia dini di sekolah, sehingga setelah orang dewasa sudah terbiasa dengan
disiplin. Menanamkan disiplin pada awalnya perlu dengan latihan-latihan yang
keras untuk mematuhi aturan. Bila sudah terbiasa hidup berdisiplin, maka beban
pekerjaan yang berat akan terasa lebih ringan.
Disiplin waktu menjadi
penting dalam bekerja karena waktu sangat berharga, sementara sebagian orang
menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Manusia perlu
melihat keberadaan waktu dalam tiga dimensi, yaitu waktu Kronos
(Yunani), adalah waktu biasa dalam ukuran menit, jam, hari, bulan dan tahun.
Setiap orang dalam hidupnya diberi Tuhan waktu 24 jam dalam sehari untuk
dimanfaatkan. Waktu Kairos adalah
waktu peluang/kesempatan yang biasanya hanya datang sekali. Berbuatlah
kebaikan, belajar, bekerja, melayani selama ada peluang, karena jika peluang
itu lewat tidak akan kembali lagi. Jangan menunda pekerjaan selagi ada
kesempatan. Waktu Aion adalah waktu
abadi, kekal, karena sebagai orang beriman kita percaya bahwa setelah kehidupan
yang fana ini ada kehidupan yang abadi dengan waktu yang tak terbatas.
Beberapa Kiat Mengelola Waktu
Waktu adalah sesuatu
yang unik yang diberikan secara sama dan adil, 24 jam, 1.440 menit atau 86.400
detik dalam satu hari, tanpa memandang umur ataupun kedudukan seseorang. Waktu
selalu berjalan dengan laju tertentu dan konstan, tetapi seringkali kita
menganggap “tidak mempunyai cukup waktu”. Karena kita tidak mungkin menciptakan
waktu lebih banyak lagi, maka kita wajib mengelola waktu yang diberikan Tuhan
kepada kita secara efektif dan efisien. Jika kita tidak mengelola waktu, maka
akibatnya kegiatan apa pun tidak dapat dikelola. Tetapi apabila waktu dikelola
dengan baik, akan menambah produktivitas dan kinerja organisasi.
Beberap kiat mengelola waktu secara efektif dan
efisien adalah sebagai berikut :
1. Jangan membuang-buang
waktu tetapi investasikan waktu. Investasi waktu lebih berharga daripada moto
yang selama ini kita kenal : waktu adalah uang (time is money). Menginvestasikan waktu dapat dilakukan
dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat untuk masa kini dan masa depan, dan
hasilnya dirasakan kemudian hari.
2. Jika ingin mengelola
waktu dengan efektif maka Anda harus mengendalikan hidup Anda. Hidup yang
terorganisasi dengan baik akan memberikan waktu cukup untuk merencanakan,
menentukan prioritas, bertindak dan melanjutkan tindakan. Waktu tidak dapat
ditabung tetapi dipergunakan dengan bijaksana. Waktu sebagai peluang yang
berlalu akan hilang selamanya. Waktu tidak dapat diganti, ia tidak elastis dan
tidak mungkin kembali.
3. Disiplin diri adalah
kunci dalam mengelola waktu. Disiplin dapat dilatih dengan membiasakan diri
menepati waktu yang telah direncanakan atau dijadwalkan. Mulailah dengan
hal-hal kecil seperti : “Lebih baik
datang beberapa waktu sebelum acara dimulai, daripada datang terlambat
semenit.”
4. Memerangi dan
memenangkan waktu. Waktu adalah sumberdaya paling langka yang apabila tidak
dikelola dengan baik maka apapun tidak dapat dikelola. Anda harus
memobilisasikan diridan orang lain dalam “perang mini” ini dan memenangkannya.
5. Memanfaatkan waktu
setiap menit, jam dan hari dengan sebaik-baiknya. Orang yang bisa memanfaatkan
waktu akan lebih mudah menangkap peluang untuk kemajuan diri serta organisasi.
6. Biasakan dengan agenda
pribadi, menggunakan kalender, catatan harian dan perencanaan waktu agar tidak
ada yang terlupakan.
7.
Jangan menunda-nunda pekerjaan yang
bisa dikerjakan hari ini. Menunda pekerjaan adalah kebiasaan yang salah dan
merupakan awal dari kegagalan.
8.
Memiliki waktu cadangan untuk
mengoreksi, mengevaluasi kegiatan, konsolidasi dan perencanaan kegiatan
lanjutan. Dengan waktu cadangan yang cukup kita bisa melakukan perbaikan dan
penyempurnaan serta sentuhan akhir (finishing
touch) yang memberi nilai tambah.
9.
Selain investasi waktu dengan
bekerja, Anda juga perlu investasi waktu dengan berdoa (Ora et Labora). Doa-doa
harian, selain ibadat bersama, akan memberi kekuatan dalam diri dan iman Anda,
yang merupakan investasi untuk kehidupan yang akan datang.
Menjadi Agen
Pembangunan
Program
pembangunan yang direncanakan oleh Pemerintah Daerah tidak akan mencapai hasil
maksimal apabila tidak didukung oleh partisipasi para PNS untuk menyukseskan
program-program tersebut. Selain program-program yang bersifat sektoral, ada
kegiatan-kegiatan lintas sektoral yang bisa dilakukan dengan melibatkan para
PNS. Keterlibatan para PNS bisa dalam bentuk perorangan, relawan, satuan tugas,
kepanitiaan, atau bentuk lain yang telah ditentukan. Dalam hal ini para PNS
menjalankan misinya sebagai Abdi Negara/pemerintah, agen pembangunan dan
pelopor dalam bidang-bidang kehidupan tertentu.
Beberapa kegiatan dalam
program pembangunan dan kemasyarakatan oleh Pemda yang bisa melibatkan para
Abdi Negara adalah sebagai berikut :
- Kegiatan di bidang perhubungan sebagai urat nadi perekonomian daerah.
Perlu
mendapat perhatian dari para insan Aparatur Pemerintah, seperti kebersihan,
keamanan dan kenyamanan pengguna jasa, pelayanan yang maksimal dan ramah, tanpa
mengurangi kewaspadaan, serta menciptakan kondisi yang membuat orang tertarik dalam
penggunaan jasa, terutama ditempat-tempat pelayanan umum.
- Kegiatan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Ada banyak kegiatan yang bisa dikerjakan para Abdi Negara, misalnya membantu usaha perekonomian rakyat, mendorong sektor riil, kegiatan penanggulangan bencana alam, tim SAR, kegiatan sosial, penyuluhan pertanian kepada masyarakat, pembuatan akte kelahiran anak-anak kurang mampu, menyelenggarakan nikah massal, dan lain-lain.
- Kegiatan bidang pendidikan, dengan menjadi tenaga-tenaga pengajar/relawan pada daerah-daerah yang kekurangan guru, bimbingan masalah budi pekerti, memberi bimbingan belajar bagi anak-anak keluarga kurang mampu, menjadi orang tua asuh, dll
- Kegiatan bidang kesehatan, dengan ikut memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan/kebersihan lingkungan, keluarga berencana (KB), jambanisasi, pencegahan DBD, abatisasi, penyuluhan HIV/Aids, upaya mengatasi gizi buruk dll.
- Kegiatan olahraga, dengan ikut aktif mengorganisir kegiatan olah raga di masyarakat, mencari bibit olahragawan daerah, penyelenggaraan kejuaraan daerah dll.
- Kegiatan kesenian, dengan ikut aktif membantu kegiatan kesenian daerah, membuat sanggar kesenian, mengaktifkan seni musik lokal (sasando), seni budaya lokal dll
- Kegiatan pariwisata, dengan membantu industri pariwisata di masyarakat, promosi pariwisata, membuat buku-buku panduan wisata, dll.
- Lingkungan Hidup, dengan gerakan menanam pohon, reklamasi pantai dengan tanaman bakau, penanaman pohon jarak , mencegah kerusakan lingkungan.
- Kegiatan kerohanian, dengan ikut aktif dalam kegiatan lingkungan/jemaat, kelompok doa, dan kegiatan rohani dengan berbaur bersama masyarakat.
- Kegiatan bidang pertahanan dan keamanan, dengan ikut aktif dalam kegiatan keamanan lingkungan di permukiman, siskamling, early warning, early detection system, dll.
- Kegiatan pendidikan politik, dengan memberi penyuluhan tentang pemilu, hak dan kewajiban politik, kesadaran memilih dalam pilkada dan pemilu, mencegah berkembangnya golongan putih (golput) dan sebagainya.
Bekerja
dengan roh melayani masyarakat bukan sesuatu yang merendahkan diri, tetapi
justru memuliakan diri sendiri, pekerjaan, organisasi dan Tuhan. Sebagai Abdi
Negara kita patut membalas apa yang sudah kita terima dari Tuhan melalui negara
tempat kita mengabdi dengan bekerja melayani masyarakat yang memerlukan jasa
kepelayanan kita. Dengan melayani masyarakat kita telah ikut memberi kontribusi
positif bagi keberhasilan program-program kerja Pemerintah menuju masyarakat
yang lebih sejahtera dan bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar