Rabu, 05 Oktober 2011

MEMAKNAI HIDUP


Mencapai kehidupan bermakna itu tidak perlu menunggu perubahan nasib atau realitas. Kenapa? Karena makna itu urusan batin dan itu kita yang menciptakan. Makna itu tidak diciptakan oleh kehidupan atau lingkungan. Kitalah yang diberi hak untuk menciptakan makna atas kehidupan. Apa itu makna? Makna adalah pemahaman tertentu yang kita ciptakan terhadap diri sendiri, orang lain, dan kehidupan. Karena kita yang menciptakan, maka sifatnya pilihan.
Dua orang yang berbeda ditempatkan di tempat yang sama akan sangat mungkin memiliki makna hidup yang berbeda. Yang satu bilang, betapa besarnya nikmat Tuhan yang diberikan kepadanya dengan pekerjaan saat ini. Sudah mendapatkan gaji, status, fasilitas untuk berkembang, teman kerja, keluarga yang sehat-sehat, dan lain-lain. Tapi yang satu lagi mungkin tidak. Pekerjaannya saat ini, yang dulu ia cari-cari, adalah neraka dunia. Pasangan dan anak-anak adalah beban.
Jadi, semua orang di dunia ini sebetulnya telah menciptakan makna tertentu di dalam batinnya atas hidupnya. Bedanya, ada yang positif dan ada yang negatif. Makna positif akan membuat batin positif. Batin yang positif akan membuat langkah kita digerakkan oleh energi positif. Sebaliknya, makna negatif akan membuat batin negatif.
Selain itu, ada juga orang yang kurang mempertegas makna dalam hidupnya. Teori motivasi menyebutnya dengan istilah kehampaan (feeling empty): tidak positif dan tidak negatif pula. Kehampaan ini kerap memunculkan dua penyimpangan. Kalau orang itu bertipe agresif dan mendapatkan dukungan eksternal yang pas (kekuasaan, jabatan, dll), dia akan menjadi orang rakus. Kerakusan timbul akibat kehampaan di dalam diri atau oleh rasa takut. Sedangkan kalau orang itu bertipe pasif atau tidak mendapatkan dukungan, kehampaan bisa mengakibatkan keminderan dan apatisme terhadap berbagai macam harapan kemajuan.
Kapankah kita hidup kita akan lebih bermakna?
Pertama, kehidupan bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif. Jadi, kehidupan kita akan lebih bermakna apabila kita sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif atau mencerahkan. Memaknai tugas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang memaknainya sebagai tekanan.
Kedua, apabila kita memiliki tujuan-tujuan positif yang terus kita perjuangkan untuk mencapai hierarki prestasi yang lebih tinggi dan lebih bermanfaat. Orang yang bekerja hanya untuk uang semata dengan orang yang bekerja untuk uang, aktualisasi-diri, kesejahteraan keluarga, ibadah, dan seterusnya, pasti akan beda. Meskipun sama-sama kerjanya dan sama-sama mendapatkan uangnya, tapi maknanya beda. Jadi, list-lah sebanyak mungkin tujuan positif dari satu aktivitas positif. Toh kita tidak rugi bahkan malah untung.
Ketiga, kehidupan kita akan lebih bermakna ketika kita sanggup mengekspresikan energi cinta untuk orang-orang yang kita cintai atau pekerjaan yang kita cintai. Anak, pasangan, keluarga, orangtua, kekasih, kelompok masyarakat tertentu yang kita bina adalah sumber makna hidup bagi orang yang mampu mengekspresikan cintanya.
 Begitu juga dengan pekerjaan atau profesi tertentu yang sanggup kita cintai. Seorang yang berjiwa guru akan merasa hidupnya lebih bermakha apabila energi cintanya tersalurkan untuk mengajar. Orangtua akan merasa hidupnya lebih bermakna apabila sanggup menyalurkan energi cintanya untuk anak-anak atau pasangan yang tersayang.
Selanjutnya, kehidupan akan lebih bermakna apabila kita sanggup mentransformasikan berbagai kemalangan, kepahitan, dan penderitaan yang kita alami, baik yang kecil atau yang besar, ke dalam berbagai bentuk ‘pelampiasan’ yang positif dan untuk orang banyak. Misalnya saja, menulis, terlibat dalam lembaga sosial, dan lain-lain. Betapa bermaknanya hidup sebuah keluarga yang sanggup membebaskan putranya dari jeratan narkoba lalu membagikan pengalaman ini kepada orang banyak.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar