Rabu, 05 Oktober 2011

Reformasi Mental Abdi Negara

Suatu Refleksi Dalam melaksanakan tugas


Menjadi pegawai negeri sipil (PNS) merupakan pilihan dan panggilan hidup seseorang. Setiap profesi atau pekerjaan memiliki “roh”nya masing-masing yang menyebabkan profesi itu dihargai dan bermanfaat bagi masyarakat. Rohnya PNS  adalah sebagai  Abdi Negara yang berarti juga sebagai pelayan masyarakat, walaupun pada umumnya motivasi seseorang menjadi PNS karena berpenghasilan tetap dan ada jaminan hari tua (mendapat pensiun).

Roh melayani masyarakat tidak boleh luntur atau hilang karena masalah karier atau penggajian PNS yang belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan hidup, karena kemampuan pemerintah yang masih terbatas. Beberapa indikasi yang menunjukkan berkurangnya roh pelayanan ditandai dengan kasus-kasus indisipliner pegawai, disiplin yang merosot, penyalahgunaan waktu kerja,  pelayanan publik yang kurang memuaskan, inefisiensi penggunaan keuangan negara sampai tindak korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan sebagainya. Sebagian PNS bahkan harus berurusan dengan aparat penegak hukum. Era Reformasi harusnya dibarengi dengan reformasi mental di kalangan Abdi Negara.

Di sisi lain, ada faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup manusia masa kini antara lain berkembangnya faham materialisme yang mengutamakan kebendaan, hedonisme atau hidup untuk bersenang-senang, dan konsumerisme yang selalu ingin memuaskan naluri konsumtif. Konsumerisme sudah begitu merasuk kehidupan, sehingga orang merasa tak terpuaskan jika belum mengikuti arus iklan, memenuhi diri dengan tawaran produksi dan memuaskan naluri konsumtifnya. Dimensi ‘having’ lebih berperan daripada dimensi ‘being’. Orang cenderung berlomba-lomba ‘memiliki lebih’ (materi/uang) ketimbang menjadi ‘pribadi lebih’ atau ‘lebih bermartabat’. Akibatnya, dalam bekerja orang cenderung mengabaikan semangat pelayanan. Abbot Lawrence Lowell, Presiden Harvard University (1930), mengatakan hal yang menarik tentang hubungan antara pekerjaan, uang dan pelayanan, sebagai berikut : “Siapa pun yang memandang pekerjaannya sebagai cara untuk menciptakan uang, sesungguhnya ia mendegradasikan pekerjaannya sendiri. Tetapi seseorang yang melihat pekerjaannya sebagai pelayanan kepada umat manusia, sesungguhnya ia memuliakan pekerjaan dan dirinya sendiri”.

Sikap bekerja dengan semangat melayani merupakan salah satu upaya reformasi mental di kalangan aparat pemerintahan untuk memperbaiki citra PNS sebagai prasyarat menciptakan kepemerintahan yang baik ( good governance).





Hakikat Pelayanan Sejati

Ciri utama bekerja dengan roh melayani adalah kecenderungan untuk selalu meletakkan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dilayani di atas kepentingan dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik, dan beroperasi dengan standar moral-spiritual. Hakikat pelayanan sejati tidak hanya ditujukan untuk kepentingan organisasi tetapi lebih dari itu untuk kemuliaan Tuhan Sang Pencipta. Kualitas pelayanan sejati terletak pada pelayanan terhadap golongan masyarakat paling bawah. Pelayanan lebih diutamakan kepada masyarakat kurang mampu yang sangat membutuhkan jasa pelayanan.

Akhir-akhir ini persaingan dalam dunia usaha telah mendorong perusahaan-perusahaan berlomba-lomba meningkatkan pelayanan untuk menarik pelanggan atau konsumen. Beberapa perusahaan swasta mulai menerapkan standar pelayanan tertentu untuk meningkatkan kinerja lembaga dan perusahaan. Tidak hanya pada kualitas pelaksanaan jasa pelayanan kepada pelanggan tetapi juga menentukan waktu yang lebih singkat untuk suatu jasa pelayanan. Misalnya, beberapa rumah sakit berstandar internasional telah menetapkan waktu maksimal untuk suatu jenis pelayanan dan bila melebihi waktu tersebut maka pasien/penderita dapat menyampaikan laporan pengaduan. Sebaliknya, pelayanan yang buruk seringkali menghambat pembangunan dan kemajuan daerah. Pelayanan yang buruk antara lain terlihat pada urusan birokrasi yang berbelit-belit, tidak ada kepastian waktu, serta pelayanan yang berorientasi mendapat imbalan tertentu. Pelayanan yang seharusnya bertujuan memudahkan urusan, telah diubah menjadi: “Kalau urusan bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah”? Semboyan : “Kami ada untuk melayani Anda” di kantor-kantor cenderung masih bersifat slogan dan belum sepenuhnya diterapkan.

Menjadi PNS adalah menjadi Abdi Negara. Abdi artinya hamba atau pelayan. Pegawai negeri pada dasarnya mempunyai kewajiban melayani masyarakat. Ia mendapat gaji/penghasilan yang berasal dari uang rakyat (hasil pembayaran Pajak dari Masyarakat yang diakumulasi dalam perhitungan DAU dan dana lainnya yang diterjemahkan dalam APBN/APBD). Apabila seorang pegawai bekerja semata-mata hanya untuk mencari penghasilan dan mengabaikan pelayanan kepada masyarakat, sebenarnya ia sudah kehilangan “roh” sebagai Abdi Negara. Bekerja dengan melayani masyarakat adalah “roh”nya seorang Abdi Negara.

Menjadi Lebih Bermartabat
Sikap mental yang harus dimiliki sebagai seorang  Abdi Negara adalah menjunjung tinggi martabat diri dengan bekerja untuk melayani masyarakat. Martabat atau harga diri seseorang tergantung dari apa yang diperbuat untuk orang lain, bukan karena apa yang dimilikinya. Dimensi “being” atau menjadi lebih bermartabat lebih utama daripada dimensi “having” atau apa yang dimiliki. Sikap mental untuk selalu memelihara martabat diri harus dilandasi keimanan dan moralitas yang luhur. Sebagai orang beriman kita percaya bahwa dengan melayani sesama menjadikan seseorang lebih bermartabat di hadapan sesama dan Tuhan. Lebih baik melakukan pekerjaan-pekerjaan kecil yang bisa meningkatkan martabat diri Anda daripada berusaha memiliki banyak materi dengan cara-cara yang merendahkan martabat diri. Tidak sedikit Abdi Negara yang mengakhiri masa tugas dengan kehilangan martabat diri karena kasus-kasus hukum. Semua yang dimilikinya tidak berarti dibandingkan dengan penderitaan karena kehilangan harga diri. Sebaliknya, tidak sedikit Abdi Negara yang dapat mengakhiri masa tugas dengan baik karena mengabdi tanpa cela, walaupun mereka tidak memiliki banyak harta. Kebaikan, keutamaan dan pelayanan yang ditanam pada masa pengabdian Anda, akan menuai kebahagiaan pada masa purnatugas. Sebaliknya bila menanam keburukan selama bertugas, akan menuai akibat buruk pada masa purnatugas.

Talenta Untuk Melayani Sesama
Negarawan terkemuka Sir Winston Churchill pernah berkata tentang talenta : The empires of the future will be the empires of mind. The battles of the future will be the battles for talents.  Sekarang umat manusia dapat merasakan kebenaran ucapan Churchill di atas. Bangsa-bangsa di dunia sedang melakukan pertarungan talenta melalui pendidikan, peningkatan kesehatan melalui peningkatan gizi untuk membangun SDM berkualitas yang mampu berkompetisi dalam semua bidang kehidupan. Kualitas SDM dengan talenta lebih penting daripada memiliki SDA, dan bangsa-bangsa yang maju umumnya memiliki kualitas SDM lebih baik. Setiap manusia diberi talenta (bakat) oleh Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Ciri-ciri dari talenta tersebut adalah (1) diberikan sesuai kemampuan seseorang, ada yang besar, sedang dan kecil, (2) talenta itu harus dikembangkan menjadi lebih besar dan digunakan untuk melayani sesama, (3) talenta itu harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, kelak pada waktunya. Talenta apa pun yang Tuhan berikan kepada Anda harus dikembangkan untuk melayani orang lain atau masyarakat yang membutuhkan. Talenta yang dikembangkan akan menjadi lebih besar dan memberi manfaat bagi orang banyak, sebaliknya talenta yang tidak dipakai tidak ada manfaatnya bagi diri sendiri dan orang lain. Ada orang-orang yang diberi talenta untuk menjadi pemimpin, menjadi pengajar, peneliti, keahlian atau keterampilan bidang teknis tertentu, kesenian, dan sebagainya. Semua talenta itu harus dikembangkan dan dipergunakan untuk melayani masyarakat yang membutuhkan. Makin besar talenta itu dibagikan untuk melayani orang lain, makin besar karunia yang Tuhan berikan melalui cara-Nya sendiri.

Kepemimpinan yang Melayani (Servant Leadership)

Mereka yang diberi talenta untuk menjadi pemimpin harus menyadari bahwa ia adalah hamba Tuhan dan pelayan bagi rakyat yang dimpimpinnya. Orientasi pemimpin-pelayan (Servant leader) adalah melayani dan bekerja dengan standar moral-spiritual. Ia lebih mengutamakan terciptanya followership (kepengikutan) daripada mengejar kekuasaan. Profesor Robert E Kelley, pelopor pengajar Follwership and Leadership mengatakan bahwa keberhasilan organisasi 80 persen ditentukan oleh para pengikut (followers), selebihnya 20 persen merupakan kontribusi pemimpin (leader). Pengikut yang bekerja dengan semangat dan memiliki komitmen penuh akan menentukan keberhasilan tugas seorang pemimpin. Beberapa sifat utama pemimpin-pelayan antara lain adalah : mendorong pengikutnya untuk mengembangkan potensi diri, selalu memelihara kontak dengan Tuhan, setia pada misi, memiliki sauh batiniah, tahu bersyukur, membentuk dan bekerja dengan tim, melatih dan mendidik pengganti, memberdayakan kaum perempuan, memberi tanggungjawab, memberi teladan, melayani sesama dalam bekerja untuk kemuliaan nama Tuhan.

Menjadi Manusia Kaya Arti
Konsep manusia kaya arti pada prinsipnya lebih menekankan pada kontribusi (sumbangan) seseorang kepada orang lain, lingkungan dan organisasi. Konsep ini mengandung arti lebih banyak memberi daripada meminta atau menerima. Sebaliknya manusia miskin arti tidak memberi kontribusi bagi orang lain, lingkungan atau organisasi. Kehadiran manusia miskin arti hanya sekedar melengkapi jumlah dan kurang memiliki makna bagi organisasi. Manusia berlawanan arti tidak hanya miskin arti, tetapi juga menjadi beban bagi orang lain dan organisasi. Mereka sering melanggar norma-norma dan aturan dalam organisasi, lebih banyak menuntut hak daripada kewajiban. Dalam lingkungan kerja sehari-hari, kita bisa menyaksikan ada orang-orang yang sibuk bekerja, tetapi sebagian orang tidak berbuat apa-apa dan sebagian orang mangkir atau mengerjakan hal-hal di luar tugas pokok dan pekerjaannya.

Menurut Harian Spokesmen Review, ada 7 sikap karyawan yang tidak disukai pimpinan, yaitu: (1) Not My Job (NMJ), tipe karyawan macam ini selalu pintar menghindari tugas dengan alasan bukan tugasnya. (2) Need More Money (NMM), selalu menganggap gajinya belum setimpal dengan pekerjaannya, dan tidak mau mengakui kesejahteraan yang sudah diusahakan pimpinan/organisasi. (3) Wastes Company Time (WCT), membuang jam kerja dengan aktivitas yang merugikan organisasi, belanja di Mall atau urusan pribadi saat jam kerja, pergi tanpa ijin dll. (4) Needs More Help (NMH), merasa pekerjaannya “overload”, meski sudah dibantu pegawai lain tetap saja tugasnya tidak pernah beres. (5) Always Complaining and Disagreeble (ACD), selalu mengeluh dan bersikap tidak menyenangkan, baginya setiap hari adalah penderitaan dan pekerjaan adalah siksaan. (6) Clock Watcher’s Syndrome (CWS), selalu rajin menengok jam khususnya mendekati akhir jam bekerja, setelah makan siang tidak banyak yang dikerjakannya kecuali menunggu saatnya pulang. (7) The Trouble Maker (TTM), pembuat onar, suka menghambat dan menunda pekerjaan dengan alasan lupa, mengulur-ulur waktu, benalu dalam tim dan keberadaannya menjadi beban yang membuat laju kinerja tim terseok-seok.

Dalam ilustrasi sekelompok orang yang sedang memikul beban, orang kaya arti benar-benar memikul beban di atas pundaknya  (“berkeringat”). Orang miskin arti tidak memikul beban tetapi berada dalam kelompok pemikul, dan orang berlawanan arti bergelantungan pada beban yang dipikul oleh orang lain. Maka dapat dimengerti betapa beban tugas organisasi/negara menjadi semakin berat karena hanya sebagian anggota menjalankan tugas dengan baik, selebihnya tidak berbuat apa-apa bahkan sebagian hanya menjadi beban organisasi. Alangkah baiknya bila semakin banyak orang menjadi kaya arti karena beban tugas organisasi akan menjadi lebih ringan. Pemerintah Daerah akan  lebih berhasil menjalankan program-program pembangunannya apabila banyak memiliki PNS menjadi manusia-manusia kaya arti.

Berpikir Positif
Setiap orang pasti ingin berhasil dalam pekerjaannya dan mencapai tujuan dalam hidupnya. Kebanyakan orang yang berhasil adalah orang-orang yang berpikir positif. Berpikir positif adalah kunci untuk meraih sukses. Pikiran adalah asal-usul atau “nenek moyang” nya perbuatan. Dengan berpikir positif maka banyak masalah bisa dipecahkan, karena orang yang berpikir positif selalu berusaha mengatasi masalah dan berbuat konstruktif. Sebaliknya orang yang berpikir negatif berusaha menghindari beban kerja, membuat masalah baru dan cenderung destruktif. Berpikir positif jalan menuju sukses, berpikir negatif jalan menuju kegagalan.

Tahu Bersyukur/Berterima Kasih
Sikap tahu berterima kasih adalah sikap yang harus dimiliki Abdi Negara karena sikap tahu berterima kasih adalah bagian dari mentalitas Abdi Negara. Ungkapan terima kasih bisa dilakukan dengan ucapan dan melalui perbuatan dengan bekerja lebih baik. Orang yang tahu berterima kasih akan berusaha melakukan tugasnya dengan lebih baik dari waktu ke waktu karena ia meyakini bahwa dengan itu ia memuliakan dirinya, organisasi dan Tuhan. Sebaliknya orang-orang yang tidak tahu bersyukur / berterima kasih selalu merasa tidak puas dan lebih banyak menuntut hak daripada melakukan kewajibannya.

Menjadi Teladan
Sikap keteladanan harus dimiliki seorang Abdi Negara karena ia adalah “pemimpin” bagi keluarga, lingkungan masyarakat dan orang-orang dalam tanggungjawab pekerjaannya. Pemimpin di daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan di bawahnya ada pemimpin-pemimpin SKPD, unit kerja, kecamatan, desa sampai RT/RW. Menjadi teladan sangat penting bagi seorang pemimpin agar ia bisa memiliki pengaruh pada para pemimpin bawahannya. Hakikat memimpin adalah cara, seni (art) untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk melaksanakan apa yang dikehendakinya. Untuk menjadi teladan maka ia harus meneladankan perilaku yang baik kepada sekitarnya, menganjurkan kebaikan itu, dan setelah itu baru bisa mengharuskan orang lain untuk melakukan misi yang diinginkan.

Disiplin
Disiplin adalah faktor penunjang dalam keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Sulit untuk membayangkan suatu lembaga dengan kewenangan mengelola anggaran/dana, atau memiliki peralatan senjata untuk perang, atau kewenangan memutuskan kebijakan penting tetapi tanpa didukung oleh displin aparatnya. Penyalahgunaan kekuasaan selalu diawali dengan merosotnya disiplin dan peraturan dengan mudahnya dilanggar, atau dicari celah-celahnya untuk dilanggar. Disiplin adalah nafasnya suatu organisasi. Tanpa disiplin maka anggota dalam organisasi hanya kumpulan orang-orang yang hanya mencari keuntungan pribadi dan organisasi itu hanya menunggu waktunya untuk runtuh.
Disiplin dapat berupa disiplin bekerja, disiplin mematuhi aturan/hukum, disiplin menggunakan waktu, disiplin anggaran, disiplin menggunakan fasilitas negara, dan disiplin dalam perencanaan serta pelaksanaan program kerja. Disiplin harus ditanamkan sejak usia dini di sekolah, sehingga setelah orang  dewasa sudah terbiasa dengan disiplin. Menanamkan disiplin pada awalnya perlu dengan latihan-latihan yang keras untuk mematuhi aturan. Bila sudah terbiasa hidup berdisiplin, maka beban pekerjaan yang berat akan terasa lebih ringan.
Disiplin waktu menjadi penting dalam bekerja karena waktu sangat berharga, sementara sebagian orang menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Manusia perlu melihat keberadaan waktu dalam tiga dimensi, yaitu waktu Kronos (Yunani), adalah waktu biasa dalam ukuran menit, jam, hari, bulan dan tahun. Setiap orang dalam hidupnya diberi Tuhan waktu 24 jam dalam sehari untuk dimanfaatkan. Waktu Kairos adalah waktu peluang/kesempatan yang biasanya hanya datang sekali. Berbuatlah kebaikan, belajar, bekerja, melayani selama ada peluang, karena jika peluang itu lewat tidak akan kembali lagi. Jangan menunda pekerjaan selagi ada kesempatan. Waktu Aion adalah waktu abadi, kekal, karena sebagai orang beriman kita percaya bahwa setelah kehidupan yang fana ini ada kehidupan yang abadi dengan waktu yang tak terbatas.

Beberapa Kiat Mengelola Waktu
Waktu adalah sesuatu yang unik yang diberikan secara sama dan adil, 24 jam, 1.440 menit atau 86.400 detik dalam satu hari, tanpa memandang umur ataupun kedudukan seseorang. Waktu selalu berjalan dengan laju tertentu dan konstan, tetapi seringkali kita menganggap “tidak mempunyai cukup waktu”. Karena kita tidak mungkin menciptakan waktu lebih banyak lagi, maka kita wajib mengelola waktu yang diberikan Tuhan kepada kita secara efektif dan efisien. Jika kita tidak mengelola waktu, maka akibatnya kegiatan apa pun tidak dapat dikelola. Tetapi apabila waktu dikelola dengan baik, akan menambah produktivitas dan kinerja organisasi.
Beberap kiat mengelola waktu secara efektif dan efisien adalah sebagai berikut :
1.     Jangan membuang-buang waktu tetapi investasikan waktu. Investasi waktu lebih berharga daripada moto yang selama ini kita kenal : waktu adalah uang (time is money). Menginvestasikan waktu dapat dilakukan dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat untuk masa kini dan masa depan, dan hasilnya dirasakan kemudian hari.
2.     Jika ingin mengelola waktu dengan efektif maka Anda harus mengendalikan hidup Anda. Hidup yang terorganisasi dengan baik akan memberikan waktu cukup untuk merencanakan, menentukan prioritas, bertindak dan melanjutkan tindakan. Waktu tidak dapat ditabung tetapi dipergunakan dengan bijaksana. Waktu sebagai peluang yang berlalu akan hilang selamanya. Waktu tidak dapat diganti, ia tidak elastis dan tidak mungkin kembali.
3.     Disiplin diri adalah kunci dalam mengelola waktu. Disiplin dapat dilatih dengan membiasakan diri menepati waktu yang telah direncanakan atau dijadwalkan. Mulailah dengan hal-hal kecil seperti : “Lebih baik datang beberapa waktu sebelum acara dimulai, daripada datang terlambat semenit.”
4.     Memerangi dan memenangkan waktu. Waktu adalah sumberdaya paling langka yang apabila tidak dikelola dengan baik maka apapun tidak dapat dikelola. Anda harus memobilisasikan diridan orang lain dalam “perang mini” ini dan memenangkannya.
5.     Memanfaatkan waktu setiap menit, jam dan hari dengan sebaik-baiknya. Orang yang bisa memanfaatkan waktu akan lebih mudah menangkap peluang untuk kemajuan diri serta organisasi.
6.     Biasakan dengan agenda pribadi, menggunakan kalender, catatan harian dan perencanaan waktu agar tidak ada yang terlupakan.
7.     Jangan menunda-nunda pekerjaan yang bisa dikerjakan hari ini. Menunda pekerjaan adalah kebiasaan yang salah dan merupakan awal dari kegagalan.
8.     Memiliki waktu cadangan untuk mengoreksi, mengevaluasi kegiatan, konsolidasi dan perencanaan kegiatan lanjutan. Dengan waktu cadangan yang cukup kita bisa melakukan perbaikan dan penyempurnaan serta sentuhan akhir (finishing touch) yang memberi nilai tambah.
9.     Selain investasi waktu dengan bekerja, Anda juga perlu investasi waktu dengan berdoa (Ora et Labora). Doa-doa harian, selain ibadat bersama, akan memberi kekuatan dalam diri dan iman Anda, yang merupakan investasi untuk kehidupan yang akan datang.

Menjadi Agen Pembangunan
Program pembangunan yang direncanakan oleh Pemerintah Daerah tidak akan mencapai hasil maksimal apabila tidak didukung oleh partisipasi para PNS untuk menyukseskan program-program tersebut. Selain program-program yang bersifat sektoral, ada kegiatan-kegiatan lintas sektoral yang bisa dilakukan dengan melibatkan para PNS. Keterlibatan para PNS bisa dalam bentuk perorangan, relawan, satuan tugas, kepanitiaan, atau bentuk lain yang telah ditentukan. Dalam hal ini para PNS menjalankan misinya sebagai Abdi Negara/pemerintah, agen pembangunan dan pelopor dalam bidang-bidang kehidupan tertentu.
Beberapa kegiatan dalam program pembangunan dan kemasyarakatan oleh Pemda yang bisa melibatkan para Abdi Negara adalah sebagai berikut :
  • Kegiatan di bidang perhubungan sebagai urat nadi perekonomian daerah.
Perlu mendapat perhatian dari para insan Aparatur Pemerintah, seperti kebersihan, keamanan dan kenyamanan pengguna jasa, pelayanan yang maksimal dan ramah, tanpa mengurangi kewaspadaan, serta menciptakan kondisi yang membuat orang tertarik dalam penggunaan jasa, terutama ditempat-tempat pelayanan umum.
  • Kegiatan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Ada banyak kegiatan yang bisa dikerjakan para Abdi Negara, misalnya membantu usaha perekonomian rakyat, mendorong sektor riil,  kegiatan penanggulangan bencana alam, tim SAR, kegiatan sosial, penyuluhan pertanian kepada masyarakat, pembuatan akte kelahiran anak-anak kurang mampu, menyelenggarakan nikah massal, dan lain-lain.
  • Kegiatan bidang pendidikan, dengan menjadi tenaga-tenaga pengajar/relawan pada daerah-daerah yang kekurangan guru, bimbingan masalah budi pekerti, memberi bimbingan belajar bagi anak-anak keluarga kurang mampu, menjadi orang tua asuh, dll
  • Kegiatan bidang kesehatan, dengan ikut memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan/kebersihan lingkungan, keluarga berencana (KB), jambanisasi, pencegahan DBD, abatisasi, penyuluhan HIV/Aids, upaya mengatasi gizi buruk dll.
  • Kegiatan olahraga, dengan ikut aktif mengorganisir kegiatan olah raga di masyarakat, mencari bibit olahragawan daerah, penyelenggaraan kejuaraan daerah dll.
  • Kegiatan kesenian, dengan ikut aktif membantu kegiatan kesenian daerah, membuat sanggar kesenian, mengaktifkan seni musik lokal (sasando), seni budaya lokal dll
  • Kegiatan pariwisata, dengan membantu industri pariwisata di masyarakat, promosi pariwisata, membuat buku-buku panduan wisata, dll.
  • Lingkungan Hidup, dengan gerakan menanam pohon, reklamasi pantai dengan tanaman bakau, penanaman pohon jarak , mencegah kerusakan lingkungan.
  • Kegiatan kerohanian, dengan ikut aktif dalam kegiatan lingkungan/jemaat, kelompok doa, dan kegiatan rohani dengan berbaur bersama masyarakat.
  • Kegiatan bidang pertahanan dan keamanan, dengan ikut aktif dalam kegiatan keamanan lingkungan di permukiman, siskamling, early warning, early detection system, dll.
  • Kegiatan pendidikan politik, dengan memberi penyuluhan tentang pemilu, hak dan kewajiban politik, kesadaran memilih dalam pilkada dan pemilu, mencegah berkembangnya golongan putih (golput) dan sebagainya.

Bekerja dengan roh melayani masyarakat bukan sesuatu yang merendahkan diri, tetapi justru memuliakan diri sendiri, pekerjaan, organisasi dan Tuhan. Sebagai Abdi Negara kita patut membalas apa yang sudah kita terima dari Tuhan melalui negara tempat kita mengabdi dengan bekerja melayani masyarakat yang memerlukan jasa kepelayanan kita. Dengan melayani masyarakat kita telah ikut memberi kontribusi positif bagi keberhasilan program-program kerja Pemerintah menuju masyarakat yang lebih sejahtera dan bermartabat.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar